Penghargaan Indonesia Living LegendCompanies and Brands yang diselenggarakan oleh Majalah SWA dan SWA Network berlangsung meriah pada tanggal 10 Oktober 2018. Turut hadir para pimpinan perusahaan dan beberapa stakeholders terkait seperti pemerintahan, NGO, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai usia 50 tahun lebih yang tetap terns berkembang, masih lincah, masih menghasilkan profit perusahaan. Pemilihan nominasi perusahaan Living Legend dilakukan berdasarkan tim riset redaksi SWA. Kriterianya adalah ada 2 kelompok, yaitu kriteria merek dan perusahaan. Kriteria merek yang lahir di Indonesia minimal 50 tahun. Masih mencetak laba, selalu aktif mengembangkan usaha, mempunyai inovasi-inovasi terbaru untuk produk-produknya, dan menjadi market leader di sektomya.
Adapun 3 kategori lainnya yaitu Top 50 Brands, Top 50 Indonesia Living Legend Companies untuk BUMN, Top 50 Indonesia Living Legend Companies untuk swasta. Melalui program ini, Redaksi SWA memberikan penghargaan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut karena ketahanannya menghadapi berbagai macam kondisi ekonomi selama puluhan tahun. Rata-rata usia Living Legend untuk swasta mencapai 65 tahun jadi cukup jauh dari batasan usia mnumum 50 tahun. Lalu ada perusahaan-perusahaan BUMN yang mempunyai usia rata-rata 54 tahun. Ada pula beberapa perusahaan BUMN yang berusia di atas 100 tahun lebih seperti PT Pos Indonesia yang berusia 272 tahun, PT Pindad berusia 210 tahun, dan PT Kimia Parma berusia 201 tahun. Pernsahaan-pernsahaan ini adalah pernsahaan yang didirikan oleh Belanda pada saat masih menjajah Indonesia.
Direksi SWAberharap bahwa program ini dapat terns berkembang dan menjadi aset dan bisa menjadi contoh untuk perusahaan lain. Pada acara penghargaan Living Legend tersebut, Direksi Sambu Group mendapat kesempatan memberikan speech seputar suksesnya Sambu Group bertahan pada usia 51 tahun dan berencana terns berkembang 50 tahun ke depan. “Banyak yang tidak tahu Pulau Sambu, tapi semua tahu santan Kara. Memang dari awal filosofi kami adalah to be no profile, bukan low profile. Sangat sulit untuk bertahan 50 tahun, apalagi selama 50 tahun itu kami harus berkembang dan skilled-up karena pada awalnya kami mulai, lahan rawa di sana tidak ada akses dan infrasturktur. Tidak ada air, listrik, dan jalan. Benar-benar harus mulai dari nol,” ujar Direksi Sambu Group sebagai pembuka. N ama brand dan produk yang dihasilkan memang lebih dikenal daripada nama perusahaannya PT Pulau Sambu. Dengan adanya perusahaan, pertumbuhan ekonomi daerah Indragiri Hilir semakin berkembang.
Kunci sukses Sambu Group dalam berinovasi dan berkelanjutan dalam menjalankan bisnis adalah menjadikan aspek sosial sebagai bagian filosofi perusahaan. . “Bukan melakukan CSR tapi social inklusif justru menjadikan aspek social menjadi bagian part of success”, ungkapnya.
“Strategi kami justru untuk mereduksi lahan milik sendiri. Jadi, memang harus membagi pie dengan ekosistem. Karena sangat disayangkan sekali, Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar, tapi sangat terfragmentasi, tidak ada satu solusi yang bisa memecahkan masalah untuk di berbagai macam daerah,” ujar dia.
Salah satu Direksi Sambu Group mempunyai pemikiran bahwa dengan bertambahnya perusahaan kelapa pesaing di daerah Indragiri Hilir, maka ekosistem kelapa masih akan terns berlanjut. Selain itu Sambu Group tetap akan mempromosikan hasil kelapa Indonesia di mata dunia agar permintaan kelapa tetap ada dan petani tetap mau melanjutkan bertani kelapa. “Justru untuk memahami bagaimana Pulau Sambu bisa bertahan selama 50 tahun, dan bagaimana pulau sambu mi bisa terns berkembang 50 tahun kemudian, caranya adalah dengan meningkatkan kesalingtergantungan antara industri dan ekosistemnya. Hal tersebut berarti semakin kami memperluas daerah cakupan, semakin kami memberikan kendali pada ekosistem itu sendiri,” tutup Direksi Sambu Group.