Nusantara yang merupakan salah satu penghasil buah kelapa terbesar di dunia, tak berbanding lurus dengan pengembangan industrinya. Industri pengolahan komoditas kelapa masih sering menghadapi masalah yang terjadi dalam negeri hingga persoalan ekspor.Secara garis besar, ada dua kendala utama dari dalam negeri yang dihadapi oleh industri pengolahan kelapa. Pertama, saat pemerintah mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh) kepada petani atau produsen kelapa yang menjual produknya kepada industri pengolahan. Terlebih, produk kelapa muda atau fresh coconut yang diekspor tidak dikenai pajak.
Menurut Ketua Himpunan lndustri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI)Rudy Handiwidjaja, kebijakan ini sangat bertolak belakang dengan pencanangan hilirisasi dan devisa melalui ekspor. Selain itu, industri juga menghadapi kontradiksi perpajakan dan tantangan bea masuk di sejumlah negara.
Kedua, saat ini industri masih cukup mendapatkan bahan baku. Namun, masalah pasok bahan baku akan menjadi persoalan pemenuhan ke depan seiring dengan industri pengolahan kelapa yang akan terus berkembang. Apalagi, ketersediaannya dipengaruhi oleh musim atau iklim. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi jaminan pelaku industri pengolahan kelapa untuk mendapatkan bahan baku.
Hal serupa disampaikan oleh Wakil Ketua HIPKIAmrizal ldroes, diharapakan ada peran serta pemerintah atas distribusi bahan baku yang tidak sejalan dengan pengembangan industri pengolahannya, salah satunya masalah biaya logistikyang tinggi. Kekhawatirannya adalah investor akan berpikir untuk menarik investasinya. Hal tersebut yang menjadi hambatan industri pengolahan kelapa dalam negeri untuk berkembang.
Selain itu, kebijakan izin ekspor kelapa muda juga mengancam pasok bahan baku industri pengolahan dalam jangka panjang. Kebijakan tersebut dirasa tidak sesuai sebab industri pengolahan kelapa terus berkembang dan Indonesia adalah pemain terbesar kelapa. Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi agar ekspor produk kelapa dan turunannya bisa tetap meningkat, sekaligus kebutuhan industri dalam negeri juga bisa dipenuhi.
Di pasar ekspor, pengenaan bea masuk ke sejumlah negara menjadi tantangan bagi industri pengolahan kelapa untuk bersaing. Menurut Rudy, bea masuk pada produk hasil olahan kelapa asal Indonesia mencapai 8-9%, untuk pasar Cina dapat mencapai 10%, sehingga sulit untuk bersaing di negara itu. Beberapa produsen dari negara lain mendapatkan bea masuk lebih ringan, seperti asal Filipina dan Sri Langka, bahkan mencapai 0% 0% untuk negara-negara Uni Eropa.
Begitu besar harapan yang diberikan kepada pemerintah Indonesia, dukungan negara terhadap industri pengolahan kelapa untuk dapat bersaing di pasar ekspor. lndustri ini bergantung pada bahan baku asli Indonesia, semestinya dapat menjadi komoditas yang menjanjikan karena potensi alamnya yang melimpah. Produkyang dihasilkan industri pengolahan kelapa memiliki peluang memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor.
Hal serupa disampaikan oleh Wakil Ketua HIPKIAmrizal ldroes, diharapakan ada peran serta pemerintah atas distribusi bahan baku yang tidak sejalan dengan pengembangan industri pengolahannya, salah satunya masalah biaya logistikyang tinggi. Kekhawatirannya adalah investor akan berpikir untuk menarik investasinya. Hal tersebut yang menjadi hambatan industri pengolahan kelapa dalam negeri untuk berkembang.
Selain itu, kebijakan izin ekspor kelapa muda juga mengancam pasok bahan baku industri pengolahan dalam jangka panjang. Kebijakan tersebut dirasa tidak sesuai sebab industri pengolahan kelapa terus berkembang dan Indonesia adalah pemain terbesar kelapa. Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi agar ekspor produk kelapa dan turunannya bisa tetap meningkat, sekaligus kebutuhan industri dalam negeri juga bisa dipenuhi.
Di pasar ekspor, pengenaan bea masuk ke sejumlah negara menjadi tantangan bagi industri pengolahan kelapa untuk bersaing. Menurut Rudy, bea masuk pada produk hasil olahan kelapa asal Indonesia mencapai 8-9%, untuk pasar Cina dapat mencapai 10%, sehingga sulit untuk bersaing di negara itu. Beberapa produsen dari negara lain mendapatkan bea masuk lebih ringan, seperti asal Filipina dan Sri Langka, bahkan mencapai 0% 0% untuk negara-negara Uni Eropa.
Begitu besar harapan yang diberikan kepada pemerintah Indonesia, dukungan negara terhadap industri pengolahan kelapa untuk dapat bersaing di pasar ekspor. lndustri ini bergantung pada bahan baku asli Indonesia, semestinya dapat menjadi komoditas yang menjanjikan karena potensi alamnya yang melimpah. Produkyang dihasilkan industri pengolahan kelapa memiliki peluang memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor.