Resmi berdiri pada tahun 2013, Tay Juhana Foundation (TJF) adalah manifestasi dari mimpi dan cita-cita TJ Juhana 91938-2016). Yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui pengolahan lahan subobtimal. Sebagai organisasu yang menjadi torch bearer guna melanjutkan sekaligus menyebarkan mimpi mulia Tay Juhana, bukanlah hal yang mudah.
Empat tahun setelah berdiri, TJF memulai pembentukan struktur organisasi pada 2017. Dua tahun terakhir, meminjam istilah ekonom Walt Whitman Rostow tentang tahapan pertumbuhan ekonomi, tahun pertama merupakan tahap prakondisi lepas landas dan tahun kedua adalah ta hap lepas landas.
Tahap Prakondisi Lepas Landas
Layaknya sebuah rumah, fondasi yang kuat dan kokoh akan menentukan ketahanan dari rumah tersebut. Di tahun pertama, aktivitas organisasi berfokus pada pengembangan sistem dan fungsi serta peningkatkan kapasitas internal.
Hal pertama yang dilakukan pengurus TJF adalah membangun sistem dan instrumen kelengkapan organisasi. Dengan pendampingan dari dewan eksekutif, ditentukan tiga fungsi utama TJF yakni edukasi, konsultasi, dan advokasi. Kemudian, pembentukan kerangka kerja utama TJF menjadi fokus selanjutnya. Kerangka kerja TJF dibentuk dengan pembagian tiga tahap berdasarkan jangka waktu: kerangka kerja jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Mengingat salah satu fungsi utama TJF untuk edukasi, langkah utama adalah pengembangan kapasitas internal. TJFtak mau seperti lampu petromaks, yang memberikan penerangan ke sekitar namun justru memberikan efek penumbra di bawahnya. Di tahun pertama, TJF banyak mengadakan aktivitas pengembangan kapasitas internal. Salah satunya adalah pendalaman pengetahuan teknis di Pulau Burung, Riau. Tujuannya, penguatan kapasitas internal terkait tema ketahanan pangan, pertanian berkelanjutan, dan pengolahan lahan suboptimal.
Selain itu,juga dilakukan antara lain pelatihan public speaking dan partisipasi dalam pelatihan atau workshop yang diadakan organisasi lain. Pengembangan kapasitas internal tentunya tidak berhenti pada tahun pertama ini. Karena hal tersebut merupakan proses yang terus menerus dan berkelanjutan.
Aspek lain yang menjadi fokus pada tahap ini adalah penyusunan instrumen organisasi, agar TJF menjadi organisasi yang efektif dan efisien. lnstrumen ini mencakup serangkaian standard operational procedure (SOP). strategi komunikasi, website, dan profil organisasi baik versi cetak maupun video.
Tahap Lepas Landas
Menginjak tahun kedua, TJF lebih gencar untuk unjuk gigi ke dunia luar, dimulai dengan peluncuran website serta video profil organisasi. Lalu, sebagai organisasi yang berfokus pada riset ilmiah, TJF berpartisipasi dalam beberapa publikasi ilmiah, antara lain dua prosiding ilmiah yaitu dari seminar internasional di Universitas Jember dan seminar nasional di Universitas Sriwijaya.
TJF juga berfokus untuk mengadakan riset ilmiah yang komprehensif dengan berkolaborasi bersama lembaga lain. Saat ini yang telah dijajaki untuk kesempatan berkolaborasi, yakni Center of Indonesia Policy Study (CIPS) serta World Resources Institute (WRI) Indonesia. Dua organisasi yang sudah memiliki banyak sepak terjang dalam dunia riset di Indonesia.
Tahap lepas landas TJF memang baru saja dimulai, sederet rencana telah masuk dalam strategi. Berbagai penelitian dan kegiatan lainnya tinggal menunggu untuk dieksekusi.
Critical Eleven dan Menuju Kematangan
Dalam dunia penerbangan kita mengenal istilah critical eleven, sebelas men it paling kritis dalam dunia penerbangan. Tiga menit setelah lepas landas, dan delapan menit sebelum mendarat. Saat ini, TJF masih dalam men it pertama setelah lepas landas.
Dua menit berikutnya adalah tantangan besar untuk TJF sebagai organisasi. Dengan kuatnya fondasi, tantangan akan terlewati. Dal am jangka waktu 3-5 tahun, TJF yakin akan mencapai tahap kematangan dan memberikan perubahan signifikan.